17 Oktober 2008

Taiwan Design Expo 2008


TAI NAN (SINDO) Taiwan kembali mengadakan pameran kesenian dan kerajinan tangan untuk yang ke 6 kalinya. Kali ini, acara bertajuk Taiwan Design Expo 2008 tersebut digelar di Jalan Jia Bei, Kota Tai Nan, Taiwan, 4 – 19 Oktober 2008.

Pameran tersebut merupakan pemeran berskala internasioanl yang diikuti sekitar 10 negara di seluruh penjuru dunia. Sejumlah Negara yang ikut andil pada pameran tersebut diantaranya, Jepang, Prancis, Jerman, Singapura dan tidak lupa tentunya Taiwan sendiri.

Meski sampai sekarang Taiwan masih kehilangan statusnya di dunia internasional, namun Taiwan berhasil menjaring Negara-negara terkemuka untuk ikut dalam desain teknologi 10 hingga 20 tahun mendatang.

Suasana di Hsiao Lung Curtural Park, Tai Nan tampak dipadati ribuan pengunjung yang terdiri dari para pelajar, baik tingkat SMA hingga perguruan tinggi ketika SINDO mengunjuginya. Dimana selain untuk memeriahkan acara bertema Nan Ying Tsung-Yeh Arts and Curtural Center, kunjugan tersebut dimaksudkan untuk menyanksikan kemutahiran pemikiran para desainer di Negara maju.

“Setiap tahunnya, kami selalu membawa para mahasiswa jurusan Desain kemari untuk menyaksikan langsung perkembangan teknologi zaman sekarang, bahkan hingga masa depan,” ujar Yuan Hu, Dosen Transworld Institute of Tecnology kepada SINDO, kemaren.

Ditambahkannya, melalui kunjugan tersebut juga, pihaknya berharap dapat membuat para mahasiswa terinspirasi dengan seni dan teknologi masa depan. Pasalnya, para mahasiswa nantinya yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung desain teknolgi mutahir seiring dengan peralihan masa.

Para pengunjung dapat menikmati satu persatu “gudang” pameran yang dibagi atas 13 bagian, yaitu Dream Vision Pavillion, DreamABLE Pavillion, Japan Universal Design Experience Pavillion, Taiwan Excellence Pavillion, Dream Playground Pavillion, Siraya Culture Design Pavillion, Good Design Capture Pavillion, Starry Good Design Pavillion, Art Craft & Designer’s Pavillion, International Design Pavillion, Earthquake Experience Pavillion, Creative Life Pavillion serta Design Dream Area.

Semua Pavillion tersebut memiliki keunggulan tersendiri, seperti di Japan Universal Design Experience Pavillion terdapat produk motor masa depan yang diberi nama I-Unit. I-Unit merupakan motor yang menyerupai mobil, dimana sudah terdapat atap sebagai pelindung anti matahari dan hujan.

Bagi para pengguna kursi roda, juga terdapat fasilitas kursi roda motor yang akan semakin memanjakan penggunanya. Jadi, tidak perlu lelah memutar ban kursi roda pada perjalanan panjang atau mendaki.

Lebih uniknya lagi, di DreamABLE Pavillion terdapat puluhan modifikasi sepeda masa depan, diantaranya Amphibian Bike, Revolution, Discovery, Izzy Citybike, Sunny Day serta Combike.

“Sepeda ini nantinya diharapkan dapat memiliki fungsinya masing-masing di 4 musim di dunia dan disegala medan,” ujar Yin Sun, salah seorang Staf Pameran.

Salah satu diantarnya, lanjutnya, Amphibian Bike yang dimodifikasi agar dapat menjadi sepeda yang dapat digunakan di dalam air. Refolution dan Discovery Bike yang sengaja dimodifikasi untuk memanjakan pecinta sepeda hingga Combike yang di desain untuk sepeda petualangan dua orang.

Di Art Craft & Designer’s Pavillion, terpajang dengan rapi produk kerajinan tangan dari segala etnis, baik yang bersifat tradisional hingga cultural. Namun semuanya tetap sudah dimodifikasi menjadi barang berseni tinggi yang dapat digunakan di masa kini.
Desain baju, sampul atau cover buku sampai segala jenis boneka yang terbuat dari kayu juga dapat dijumpai di sini. Tentunya barang tersebut merupakan barang terbagus yang hendak ditujukkan kepada masyarakat Taiwan bahkan Internasional. (richad yanato)

25 September 2008

Toko Indo Swie Niang - 8 Tahun Melayani Warga Indonesia di Taiwan


DOU LIU (SINDO) Bagi sebagian besar orang yang bekerja di luar negeri, selain rindu dengan keluarga, pasti akan rindu dengan makanan di negara asal. Begitu juga dengan warga Indonesia yang datang ke Taiwan, baik yang menjadi TKI maupun pelajar. Pasalnya, setiap negara pasti memiliki citarasa dan makanan mereka tersendiri.

Bagi orang yang baru pertama sekali ke Taiwan atau yang belum terbiasa dengan masakan di Taiwan, rata-rata masakan tersebut akan terasa hambar dan jauh beda dengan masakan Indonesia.

Bagi warga Indonesia yang rindu dengan masakan di kampung halaman, mereka tidak perlu pulang ke Indonesia. Pasalnya, di Wu Chang Street, Dou Liu City terdapat sebuah toko Indonesia yang dapat menghilangkan rasa rindu mereka.

Toko Indo Swie Niang, merupakan toko yang menyediakan sejumlah barang import, seperti makanan, kosmetik, obat hingga keperluan sehari-hari lainnya. Dimana semua barang tersebut didatangkan langsung dari Indonesia.

Pemilik Toko Indo Swie Niang, Sumiyati juga merupakan warga Indonesia asal Surabaya yang sudah hampir sepuluh tahun lebih tinggal di Taiwan. Dimana toko tersebut mulai dikelolanya sejak tahun 1999.

“Banyak TKI yang bekerja di Kota Dou Liu. Jadi, melihat itu saya kepikiran untuk membuka kios ini,” ujar wanita yang menikah dengan warga Taiwan tersebut kepada SINDO, kemaren.

Dia mengaku bahwa, membuka toko Indonesia di Dou Liu, dia merasa bangga. Pasalnya, dengan adanya toko tersebut dirinya dapat membatu hasrat warga Indonesia yang bekerja di sini unut dapat tetap menikmati produk asli buatan negeri mereka sendiri.

Selain keperluan sehari-hari dan makanan, Toko Indo Swie Niang juga setiap malam hari menyediakan beragam menu masakan Indonesia yang digilir terus. Misalnya nasi soto, sate padang hingga jagung bakar.

Oleh sebab itu, setiap malam toko ini kerap ramai dan dijadikan sebagai tempat berkumpul para TKI di Taiwan. Pasalnya, mereka dapat menikmati langung masakan Indonesia.

Udin, salah satu TKI mengatakan bahwa dirinya sangat senang melihat adanya toko Indonesia di Taiwan. Pasalnya, dengan adanya toko tersebut dirinya dapat membeli beragam makanan seperti mie instan, bedak hingga obat yang biasanya digunakan dirinya di Indonesia.

“Dalam seminggu, saya bisa datang dua hingga tiga kali. Karena, hanya disini saya dapat mencari barang-barang Indonesia,” ujarnya pria yang mengaku telah bekerja selama 1 tahun di Taiwan tersebut.

Disamping makanan, masakan dan perlengkapan sehari-hari, Toko Indo Swie Niang juga menyediakan sebuath mesin karauke yang memutar lagu-lagu Indonesia. Dimana disana terdapat ribuan lagu Indonesia lama dan baru.

“Untuk satu lagu, orang yang nyanyi hanya perlu memasukkan NT 25 (Rp 7500) ke mesin tersebut,” ujar Sumiyati.

Dilanjutkannya, mesin karauke tersebut juga dimaksudkan sebagai sarana untuk para warga Indonesia yang tinggal di Taiwan untuk bernostalgia dengan lagu-lagu Indonesia.

Dirinya berharap, dengan adanya toko tersebut, setidaknya dapat berguna dan bermanfaat bagi para TKI dan pelajar Indonesia yang datang ke Taiwan, khususnya di Provinsi Yun Lin.

Dengan adanya toko tersebut, Sumiyati mengaku bahwa dirinya juga dapat menjadikan tempat tinggalnya di Taiwan tersebut menjadi seperti rumah di Indonesia. Karena semua barang dan keperluan di sana merupakan barang yang didatangkan langung dari kampung halamannya.

Dibandingkan dengan di Indonesia, harga barang di Toko Indo Swie Niang memang juah lebih mahal. Namun, untuk beberapa jenis barang, harganya jauh lebih murah jika dibangikan dengan harga barang sejenis buatan Taiwan.

Namun, apapun ceritanya, Toko Indo Swie Niang telah dapat membuat warga Indonesia yang ingin menggunakan barang Indonesia tetap dapat menikmati dan menggunakan barang buatan negara mereka sendiri. (richad yanato)

Mengintip Pusat Jajanan Malam di Dou Liu City


DOU LIU (SINDO) Lampu-lampu tampak menerangi sepanjang jalan. Membuat suasana Min Sheng Nan Road di Kota Dou Liu, Provinsi Yun Lin, Taiwan tampak hidup di malam hari. Puluhan Billboard papan nama toko yang terpajang pada toko di sepanjang jalan semakin menambah aroma kehidupan di tiap malam.

Min Sheng Nan Road merupakan salah satu pusat jajanan malam terbesar di Kota Dou Liu. Dimana di sepanjang jalan yang panjangnya sekitar 2 kilometer tersebut dipadati dengan sejumlah supermarket dan ratusan kios.

Kios-kios tersebut menjajahkan beragam barang, mulai dari makanan, pakaian, keperluan sehari-hari hingga terdapat sebuah kasino legal yang terletak di tengah jalan.

Oleh sebab itu, masyarakat sekitar lebih sering memilih Min Sheng Nan Road sebagai tempat jalan mereka di malam hari. Pasalnya, mereka tidak perlu report-repot lagi mencari barang. Apa saja yang mereka inginkan, sebagian besar telah terdapat di Min Sheng Nan Road.

Lokasinya yang terletak berdekatan dengan Stasiun Kereta Api Dou Liu membuat jalanan ini terlihat seakan tidak pernah mati dan selalu padat dikunjungi masyarakat yang hilir mudik antar kota dan masyarakat sekitar.

Ling Wei, 34, pemilik toko salah satu kios makanan mengaku bahwa sepanjang Jalan Min Sheng Nan memang kerap dipadati masyarakat, khusunya pada akhir pekan dan liburan.

“Akhir pekan para mahasiswa ataupun pekerja dari dalam maupun luar kota sering datang kemari,” ujarnya kepada SINDO dalam Bahasa Mandarin, kemaren sambil mengatakan bahwa selain mahasiswa, para penguna jasa kereta api juga semakin menambah keramaian.

Hal senada juga dikatakan oleh Wen Lu, 30, penjaga salah satu toko baju. “Biasanya akhir pecan lebih ramai. Tapi, hari biasa juga lumayan ramai seperti sekarang ini,” ujarnya.

Harga Standart

Min Sheng Nan Road merupakan jalan yang paling ramai dibandingkan dengan jalanan lain di Dou Liu. Pasalnya, selain dekat dengan stasiun kereta api, jalanan ini juga berada di inti kota Dou Liu.

Beragam makanan mulai dari nasi, mie, sayuran hingga cemilan tersedia di sini. Disamping itu juga terdapat dua restoran luar negeri, yaitu KFC dan MC Donald. Masyarakat sekitar atau pengujung tinggal memilih makanan apa yang mereka inginkan.

Mengenai harga, di Taiwan masing-masing kota telah memiliki standaranya masing-masing. Oleh sebab itu, para pedagang tidak bias menjual lebih murah atau menekan harga lebih tinggi.

Makanan di Dou Liu tergolong relative murah, dimana untuk sekali makan makanan seperti nasi goreng dan minum teh sekitar, kita perlu merogoh uang sekitar NT 70 – NT 100 (Rp 21.000 – Rp 30.000).

Dibandingkan Indonesia, memang harga makanan di sini tergolong mahal, Namun, hal tersebut sudah menjadi standart bagi masyarakat Taiwan. Pasalnya, perekomian masyarakat Taiwan lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. (richad yanato)

27 Juni 2008

Wihara Vimala Marga, Terus Berbenah untuk Umat

MEDAN (SINDO) Suasana luar tampak sepi ketika SINDO mengunjugi Wihara Vimala Marga yang terletak di Jalan Lahat No 41, Medan, Jumat (27/6). Nuansa Tiongkok yang sangat kental terlihat dari wihara ini.

Samping kiri dan kanan pintu masuk Wihara Vimala Marga terukir gambar dua ekor naga di lengkapi aksara Mandarin di bagian atas pintu. Di atap wihara yang di topang oleh dua pilar naga di pasang patung naga terbang di sepanjang atap tersebut.

Ketika SINDO memasuki ruangan altar utama Wihara Vimala Marga, tampak seorang pria sedang melipat Ong Seng Ji, Kim Cua dan Gin Cua di sisi kanan altar. Kertas yang nantinya akan dibakar untuk para leluhur karena dipercaya sebagai uang kertas.

Di depan altar, pria yang lain juga tampak menyusun dupa serta membersihkan altar, tempat berdiri tegak patung sejumlah Dewa, diantaranya Patung Buddha Sidharta Gautama, Bodhisatwa Amithofo, Patung Dewi Kwan Im (Buddha Avalokiteswara) dan sejumlah patung lainnya.

Pendirian wihara ini awalnya mulanya digagas oleh Bhiksu Teh Tak Cin pada tahun 1935. Luas wihara yang termasuk salah satu wihara tertua di Medan ini juga awalnya hanya 345 meter persegi saja.

“Hingga kini, Wihara ini sudah beberapa kali direnovasi. Sekarang juga kami sedang memperbaharuinya,” ujar A Kien, 65, salah seorang pengurus Wihara Vimala Marga kepada SINDO, Jumat (27/6).

Dia menceritakan, renovasi pertama pada tahun 1940-an tersebut yaitu memperluas ukuran Wihara menjadi 966 meter persegi. Renovasi tersebut di buat karena jumlah umat yang semakin banyak sehingga tidak lagi dapat ditampung.

Pada tahun 1951, karena jumlah umat semakin membludak, maka pihaknya kembali memperluas Wihara Vimala Marga. Namun, perluasan kali ini dilakukan dengan mendirikan sebuah Wihara baru yang masih satu jalan dan jaraknya hanya sekitar 20 meter dari Wihara utama.

A Kien mengatakan bahwa, renovasi-renovasi tersebut sama sekali tidak merubah bagian depan dari Wihara. Pasalnya, pihaknya tetap ingin menjaga keaslian wihara yang sudah berumur lebih dari tujuh puluh tahun tersebut.

Namun, dia mengatakan bahwa jumlah umat yang hadir kini sudah mulai sepi. Hal tersebut mungkin karena jumlah Wihara di Medan ini yang semakin lama semakin banyak.

Meskipun demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya tetap saja terus melakukan renovasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga agar para umat tetap merasa nyaman saat beribadah di Wihara Vimala Marga.

Wihara Vimala Marga yang kedua, lanjutnya, kini sedang dibongkar dan dibangun kembali. Pasalnya, Wihara tersebut sudah bocor dan bangunannya juga sudah tampak tua dan layak direnovasi.

Mengenai jadwal kebaktian dan sekolah minggu di Wihara tersebut, A Kien mengatakan bahwa setiap Jumat Malam pihaknya menggelar kebaktian untuk orang tua dan setiap minggu pagi untuk anak-anak.

“Tetapi, sekarang mereka (anak-anak) tidak tahu lari kemana. Di saat liburan mereka tak tahu hilang kemana,” ujarnya.

Dia mengatakan, kini anak-anak datang ke wihara untuk mengikuti kebaktian merasa terpaksa karena kewajiban dari sekoalah. Seperti sekarang sedang liburan, sudah hampir sebulan mereka tidak pernah nampak.

Hendra, salah seorang warga yang sedang sembayang di sana juga mengatakui hal tersebut. Dia mengakui bahwa jika tidak di paksa, maka kedua anaknya tidak mau untuk bangun pagi dan pergi kebaktian di Wihara.

“Susah sekali memaksa mereka datang kebaktian. Tetapi, untungnya perlahan dijelaskan, mereka akhirnya mau juga ke Wihara,” ujarnya kepada SINDO.

Dia mengatakan, sebenarnya kebaktian minggu di Wihara merupakan hal yang baik. Oleh sebab itu, dia berharap agar para orang tua dapat menyarankan anaknya untuk ke Wihara setiap minggu. (richad yanato)

24 Juni 2008

Bulan Kathina, Bulan Persembahan Untuk Bhikhu

MEDAN (SINDO) Bulan Kathina merupakan bulan dimana kesempatan bagi para umat Buddha untuk melakukan persembahan kepada para Bhikhu Sangha. Bulan tersebut tiba setelah melewati Bulan Assadha (musim hujan) selama tiga bulan.

Setelah para Bhikhu Sangha melakukan pendiaman diri di dalam Wihara selama tiga bulan (masa vassa), maka para Bhikhu Sangha akan kembali mengembara menyebarkan ajaran Agama Buddha.

Oleh sebab itu, Bulan Kathina selama 30 hari tersebut merupakan bulan dimana para umat memberi sumbangan dana kepada para Bhikhu Sangha sebagai modal untuk kembali mengembara. Sumbangan tersebut dapat berupa makanan, jubah, obat-obatan ataupun dana.

“Biasanya para anggota Bhikhu Sangha akan dikumpulkan dalam satu wadah. Dimana nantinya disana para umat akan memberikan sumbangan mereka kepada para Bhikhu Sangha,” ujar penasehat sekaligus pendiri Cetya Manggala Bikkhu Uggadhamo kepada SINDO, Selasa (24/6).

Dia menjelaskan, trasisi persembahan di Bulan Kathina yang tahun ini akan tiba pada 15 Oktober tersebut merupakan tradisi yang telah digelar sejak ribuan tahun yang lalu. Dimana hal tersebut hingga kini masih tetap dijalankan.

Mengenai manfaatnya, Bikkhu Uggadhamo mengatakan bahwa para umat yang memberikan persembahan akan membawa dampak positif bagi mereka. Pasalnya, secara tidak langsung, mereka telah membantu para anggota sangha untuk menyebarkan ajaran Agama Buddha.

Hal senada juga disampaikan oleh Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Bodhi Dharma, Rudyanto Tan. Dia mengatakan bahwa memang hal tersebut secara tidak langsung telah menjadi kewajiban bagi para umat.

Hal tersebut, lanjutnya, juga sebagai syukuran setelah para anggota sangha telah menjalankan dan menyempurnakan masa vassa selama tiga bulan. Dimana selama itu dia tidak boleh keluar.

“Setiap tahunnya, kami pasti mengumpulkan para anggota sangha bersama di dalam satu wadah untuk melakukan upacara ini,” ujar pria yang juga menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Budshis Dharmmavihara kepada SINDO.

Mengenai waktunya, dia mengatakan bahwa tidak ada waktu yang pasti. Kapanpun, selama tiga puluh hari di Bulan Kathina, hal tersebut tetap dianggap sah. Jadi, tidak ada satu hari yang khusus untuk upacara tersebut.

Di negara lain, upacara ini berlangsung lebih meriah dibandingkan upacara Hari Raya Buddhis lain seperti Magha Puja, Waisak dan Asadha. Pasalnya, terdapat sesuatu yang khas pada upacara persembahan Kathina. (richad yanato)

Bahasa Mandarin Dibutuhkan di Era Global

MEDAN (SINDO) Dalam rangka menghadapapi era globalisasi, bahasa merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai. Pasalnya, tanpa bahasa, masyarakat tidak akan bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang-orang luar yang mungkin akan masuk.

Bahasa Mandarin merupakan bahasa Internasional kedua setelah Bahasa Inggris. Bahasa Mandarin bagi sebagian orang, khususnya warga Tionghwa kini menjadi sesuatu yang wajib dikuasai.

Namun, karena keterbatasan informasi dan tidak diajarkan di rumah, sebagian besar masyarakat Tionghwa yang berusia dibawah 50 tahun sudah tidak bisa menguasai bahasa Mandarin. Masyarakat Tionghwa kebanyakan menggunakan bahwa hok kian sebagai bahasa sehari-hari dibandingkan Bahasa Mandarin.

Melihat permasalahan tersebut, kini banyak bermunculan kursus-kursus yang menyediakan jasa belajar Bahasa Mandarin. Dan sejak tiga tahun belakangan ini, kursus seperti itu sudah menjamur.

Pusat Pendidikan Profesi Cinta Budaya, merupakan salah satu kursus yang memfokuskan diri pada pelajaran Bahasa Mandarin. Kursus yang terletak di Jalan Thambrin tersebut telah beroperasi selama satu tahun lebih.

Ketua Yayasan Pusat Pendidikan Profesi Cinta Budaya Arwei mengatakan bahwa tujuan pihaknya membuka kursus tersebut karena ingin berpartisipasi dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dari segi ilmu pengetahuan maupun daya saing globalisasi.

“Jika SDM sudah baik, maka dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, akan tercapai dengan baik, hal ini sesuai dengan cita-cita bangsa,” ujarnya kepada SINDO, Senin (23/6)

Dijelaskanya, kursus ini diasuh dengan tenaga pengajar professional, yaitu guru yang didatangkan langsung dari China. Disamping itu, pihaknya juga memberikan pengajaran Bahasa Mandarin dengan menggunakan fasilitas multi media sehingga para pelajar dapat mudah memahami bahasa mandarin.

Mengenai sekmen pasar yang datang, dia mengakui memang lebih banyak dari etnis Thionghwa. Namun, ada juga sebagian dari masyarakat pribumi. Mereka berasal dari berbagai profesi,seperti anak sekolah, mahasiswa dan juga karyawan swasta.

Selain kursus, kini sejumlah sekolah juga telah menyediakan pelajaran Bahasa Madarin bagi siswanya, misalnya Methodist 2 Medan. Sejak beberapa tahun lalu, sekolah yang terletak di Jalan MH Thambrin telah memasukkan pelajaran tersebut ke dalam roster mata pelajaran.

“Untuk tingkat SMP sudah hamper berjalan 4 tahun, sedangkan SMA baru berjalan dua tahun,” ujar Waka III perguruan Methodist 2 J Manurung kepada SINDO.

Dia mengatakan, hal tersebut awalnya dimasukkan sebagai pelajaran karena tuntutan dari dunia luar yang membutuhkan genarasi muda yang juga dapat mengusai lebih dari satu bahasa. Namun, sejak dua tahun lalu, Bahasa Mandarin memang sudah menjadi salah satu pelajaran yang masuk dalam kulikurum yang ditetapkan pemerintah.

Selain sekolah, para anak-anak juga diberi pelajaran mandarin secara gratis setiap minggunya di sejumlah Wihara. Selain diajarkan Agama, mereka juga di didik untuk mengerti tentang bahasa.

“Setiap hari minggu, kami memberikan les Mandarin bagi siapa saja yang berminat,” ujar Ik Chang, salah satu pengurus Wihara Metta Jaya kepada SINDO.

Dia mengatakan, program tersebut sudah berlansung sejak beberapa tahun yang lalu. Hal tersebut dimaksudkan agar para anak yang datang juga dapat mengerti tentang Bahasa Mandarin.

Pasalnya, menurut survey mereka, banyak anak-anak Tionghwa yang sama sekali buta dengan Bahasa Mandarin. Hal tersebut dikarenakan orang tua mereka tidak pernah menggunakan Bahasa Mandarin dalam kehidupan sehari-hari. (richad yanato/ismail marzuki)

Mengintip Sekolah Minggu Di Wihara Maitrea

MEDAN (SINDO) Sekolah minggu merupakan salah satu ajang bagi para anak dan remaja untuk lebih mengenal ajaran agama. Pasalnya, di hari biasa, para anak terkadang sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing.

Minggu (22/6) pagi, SINDO berkunjung ke Wihara Maitrea yang terletak di Jalan Cemara Asri Kompleks Cemara Asri Boulevard Utara, Medan. Lantai pertama wihara tersebut diramaikan oleh para orang tua dan remaja yang hendak melakukan sembayang disana.

Ketika SINDO ke lantai dua Wihara Maitrea, terlihat sekitar seratus anak-anak sedang asik melakukan aktifitas disana. Mereka dibimbing oleh dua orang pembina yang sedang menceritakan cerita seputar Agama Buddha kepada mereka.

Ternyata, anak-anak tersebut merupakan anak didik Badan Sekolah Minggu (BSM) Wihara Maitrea. Dimana setiap minggu anak-anak dikumpulkan bersama dan diajak ke wihara untuk belajar tentang Agama Buddha.

“Setiap minggu, dari jam sembilan sampai dua belas anak-anak selalu dididik disini,” ujar Korda IV BSM Chen Ting Ren sambil mengatakan bahwa kegiatan tersebut baru berlangsung sekitar beberapa bulan saja.

Meskipun demikian, dia mengaku bahwa dari segi jumlah, pihaknya sangat senang. Pasalnya, meskipun baru beberapa bulan, jumlah anak yang hadir sudah lebih dari seratus anak.

Dari sini, lanjutnya, terlihat bahwa orang tua juga perduli dengan moral anaknya. Mereka rajin membawa anak mereka untuk mengikuti sekolah minggu. Pasalnya, fungsi orang tua memang adalah mendidik anak menjadi seorang yang bermoral dan dapat mengamalkan Dharma sesuai dengan ajaran Sang Buddha.

Dia mengatakan, tujuan sekolah minggu tersebut adalah dalam rangka membentuk dan membimbing anak menjadi generasi bangsa yang bermoral. Hal tersebut sejalan dengan pembangan masyarakat yang kini mengabaikan nilai-nilai moral dan ketuhanan.

“Terlihat dari banyaknya anak yang moralnya telah rusak. Sehingga mereka melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang lain,” ujarnya.

Melalui pendidikan Dharma seperti ini, pihaknya berharap anak-anak dapat memahami dan menerapkan ajaran Buddha yang welas asih terhadap seluruh makhluk hidup.

Rita, 46, salah satu orang tua anak sekolah minggu mengatakan bahwa dirinya senang memberikan anaknya masuk ke dalam sekolah minggu. Pasalnya, sifat anaknya yang dulu bandel, tetapi sejak dimasukkan ke dalam sekolah minggu dua bulan lalu, perlahan mulai berubah.

“Anak saya juga dididik untuk makan masakan vegetarian,” ujarnya sambil mengatakan bahwa masakan vegetarian merupakan hal yang positif dan dapat menyehatkan tubuh.

Selain itu, lanjutnya, anaknya anaknya juga diajarkan tentang pelajaran sekolah serta bahasa mandarin. Oleh sebab itu, dirinya tidak menyesal dan sangat senang anaknya dapat ikut dalam kegiatan sekolah minggu. (richad yanato)

22 Juni 2008

Polisi Bekuk Warga Pembawa Ganja ½ Kg

MEDAN (SINDO) Sejumlah aparat kemanan dari Poltabes Medan menangkap seorang wanita, warga keturunan Tionghwa yang kedapatan membawa ganja di Jalan Brig Jend Katamso Gang Saudara, Medan, Minggu (22/6). Wanita tersebut ditangkap bersama supirnya yang berada di dalam Mobil Panther Hitam BK 1691 FI sekitar pukul 17.30 sore.


J Silaen, Anggota pos Polisi Kampung Baru, Polsek Medan Kota mengatakan bahwa tersangka ditangkap dengan barang bukti berupa setengah kilogram narkoba. Namun, dirinya tidak memberikan informasi banyak.


“Kami hanya disuruh menjaga jalanan. Langsung saja ke Poltabes Medan untuk informasi lebih lanjut,” ujarnya kepada SINDO, Minggu (22/6).


Tersangka bersama supirnya sempat dikurung selama hampir dua jam lebih di Pos Polisi Kampung Baru. Pasalnya, kunci mobil tersangka hilang dan tidak ditemukan. Setelah kunci ditemukan sekitar pukul 20.00 WIB, akhirnya tersangka dibawa ke Sat Narkoba Poltabes Medan dengan mobil Kijang plat merah BK 1923 P.


Ance, salah satu saksi sekaligus warga Jalan Brig Jend Katamso Gang Saudara kepada SINDO mengakui bahwa terjadi penangkapan di kawasannya. “Tadi sekitar pukul setengah enam, ada seorang wanita yang tidak kami kenal masuk ke dalam gang. Tetapi, setelah dia jalan keluar gang, dia digapit dua orang laki-laki,” ujarnya.


Dia mengatakan bahwa, berdasarkan informasi dari polisi, wanita tersebut merupakan warga Kampung Lalang dan ditangkap karena membawa shabu-sabu. Hal tersebut dipastikannya karena pihak kepolisian menunjukkan barang bukti berupa satu bungkus plastik sabu-sabu kepada mereka.


Ketika hendak dikonfrimasi ke pihak Sat Narkoba Poltabes Medan, seorang anggota polisi yang tidak menyebutkan namanya mengatakan pihaknya belum bisa memberikan penjelasan. Pasalnya, kasus tersebut masih dalam tahap pengembangan dan mereka masih mengincar tersangka lainnya.


“Kami belum bisa memberikan informasi. Tunggu saja, kini sedang dalam tahap pengembangan. Nanti pasti kami beritahukan informasinya,” ujarnya. (richad yanato)

65 Orang Ikuti Meditasi Vipassana

MEDAN (SINDO) Sebanyak 65 umat Buddha dari Medan dan sekitarnya mengikuti latihan Meditasi Vipassana yang digelar oleh Vihara Kassapa. Meditasi yang digelar dari 22 – 29 Juni 2008 tersebut digelar di Vihara Kassapa yang terletak di Desa Salapian, Tanjung Langkat.


“Seperti tahun-tahun sebelumnya, meditasi kali ini akan dipimpin langusung oleh YM Bhikkhu Jinnadhammo Maha Thera didampingi sejumlah anggota Sangha lainnya,” ujar Ketua Panitia Hartini kepada SINDO, Minggu (22/6).


Dia mengatakan, jumlah peserta kali ini lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun lalu, jumlah peserta hanya mencapai sebanyak 40 peserta saja, namun kali ini jumlahnya lebih banyak.

Mengenai tujuan bermeditasi, Hartini menjelaskan bahwa meditasi dimaksudkan untuk mencapai ketenangan batin dan mendapatkan pikiran yang tenang dan jernih. Dengan ketenangan batin, semua yang dikerjakan dan keputusan yang diambil akan lebih bijaksana.


Delon, Humas Acara mengatakan alasan jumlah peserta kali ini lebih banyak mungkin dikarenakan pelatihan kali ini diadakan para bulan Juni. Pasalnya, di tahun sebelumnya, bisanya mereka menggelar acara tersebut pada bulan Desember.


“Karena di akhir tahun sebagian orang ke luar kota atau luar negeri, jadi kami tahun ini kami mengadakannya pada pertengahan tahun,” ujarnya kepada SINDO.


Mungkin karena itu, lanjutnya, peserta kali ini jumlahnya bias lebih tinggi. Kami berharap, mereka nantinya setelah selesai bermeditasi, mereka dapat mempraktekknya sendiri di rumah. (richad yanato)

Melatih dan Menenangkan Batin Melalui Meditasi

MEDAN (SINDO) Bagi sebagian orang, meditasi merupakan sarana untuk meredakan stress, menjaga kesehatan, mencari harmonisasi dalam kehidupan hingga mencari kekuatan atau kesaktian. Namun bagi umat Buddha, mempelajari atau mealatih meditasi merupakan salah satu pelaksanaan Ajaran Sang Buddha yang penting.


Dalam lingkungan masyarakat Buddhis, dikenal cukup banyak metode meditasi, misalnya meditasi visual, meditasi mandala, meditasi dengna suara, meditasi kontemplasi, meditasi transcendental hingga meditasi vipassana.


“Orang terkadang bingung dengan banyaknya teknik meditasi. Namun, sebenarnya mereka tidak perlu bingung. Pasalnya, semua teknik meditasi memiliki manfaat yang berbeda,” ujar Pembina Vihara Sukong Jinamarga Thien Shang kepada SINDO, Minggu (22/6).


Oleh sebab itu, dia mengatakan orang sebaiknya menentukan terlebih dahulu tujaun dirinya bermeditasi. Dengan mempunyai dasar tujuan yang jelas, maka teknik meditasi dapat dipilih sendiri.

Dijelaskannya, jika seseorang ingin terbebas total dan penerangan batin sepenuhnya, dapat menggunakan meditasi Vipassana. Pasalnya, meditasi ini merupakan proses pemurnian diri melalui pengamatan diri sendiri.


“Meditasi Vipassana dapat dimulai dengan mengamati pernafasan alamiah untuk memusatkan pikirannya. Meditasi ini mengarah pada sasaran religius tertinggi yaitu pembebasan total dan penerangan batin sepenuhnya,” ujarnya.


Dilanjutkannya, meditasi ini bukan dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit jasmani, tetapi pemurnian batin, memperoleh kedamaian serta penyembuhan psikosomatik. Melalui praktek yang terus-menerus, meditasi vipassana dapat mengurangi ketegangan-ketegangan yang menumpuk dalam kehidupan sehari-hari.


Mengenai prinsip meditasi ini, dia mengatakan bahwa prinsip utamanya adalah mengamati segala proses mental atau fisik yang paling banyak dilakukan saat itu. Individu hanya mengamati, tidak mengubah, membasmi atau menghancurkan apapun.


Thien Shang mengatakan, tiga pantangan dalam meditasi ini adalah tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat mengganggu kedamaian dan keharmonisan orang atau makhluk lain, baik secara jasmani maupun ucapan.


Disamping itu, peserta juga harus mencapai beberapa penguasaan atau pengendalian terhadap pikiran yang mengganggu dengan cara melatih pikiran pada satu obyek, dimana dalam hal ini adalah nafas. Serta yang terakhir adalah pemurnian pikiran dari kekotoran-kekotoran dengan mengembangkan pandangan terang.


Untuk tekniknya, dia menjelaskan bahwa meditasi yang disebut meditasi kedasaran ini menggunakan 4 sikap tubuh yang berbeda saat mempraktekkannya, yaitu dengan berjalan, berdiri, duduk dan berbaring. Dimana peserta harus sepenuhnya membangun kesadaran setiap saat dalam kondisi apapun.


“Sikap utama tubuh dalam meditasi kesadaran adalah duduk bersila dengan punggung tegak. Tapi umumnya sebagian orang sulit duduk berjam-jam tanpa merubah posisi,” ujarnya.


Oleh sebab itu, dia berharap bahwa orang-orang yang hendak melakukan praktek meditasi dapat terus berlatih dan berlatih. Pasalnya, keberhasilan meditasi tidak akan dapat tercapai hanya dengan sekali saja.


Asnah, salah satu umat Buddha yang juga melakukan praktek meditasi mengatakan bahwa sejak dua tahun belakangan ini dirinya selalu melakukan meditasi. Meditasi tersebut dilakukan setiap pagi hari selama lebih kurang setengah jam.


“Rata-rata setiap pagi saya melakukannya. Sudah hampir dua tahun belakangan ini saya memperaktekkan meditasi,” ujarnya kepada SINDO.


Dia mengakui, dengan dilakukannya praktek meditasi ini, pikirannya merasa lebih tenang. Pasalnya, setelah meditasi, segala beban pikiran dan masalah akan terasa lebih mudah untuk diselesaikan. (richad yanato)

19 Juni 2008

Ritual Sembayang Datuk Keramat Darah Putih


MEDAN (SINDO) Bagi sebagian besar masyarakat, khususnya kalangan etnis Thionghwa, berziarah atau sembayang memohon permintaan para Datuk masih merupakan salah satu kepercayaan. Tradisi yang kabarnya berasal sejak ratusan tahun lalu tersebut hingga saat ini masih tetap dipercayai.

Sembayang Datuk biasanya dilakukan para hari Kamis (Malam Jumat) atau Jumat Pagi. Ziarah tersebut umumnya dilakukan di belakang rumah ataupun di tempat tertentu yang memiliki “Rumah” Datuk.

Pasalnya, di rumah sebagian orang, biasanya terdapat rumah kecil yang dianggap sebagai tempat tinggal Datuk. Jadi, di malam Kamis, mereka selalu melakukan ritual ziarah di sana.

Dalam ziarahnya, biasanya mereka mempersembakan sesajen berupa sejumlah jenis bunga yang dibungkus dengan daun pisang serta satu tandan pisang. Bunga yang dibungkus tersebut kemudian dibuka diletakkan di dalam “Rumah Datuk”. Setelah itu, barulah orang tersebut membakar dupa (hio) untuk sembayang Datuk sambil meminta permohonan.

Datuk Keramat Darah Putih yang terletak di Jalan Palang Merah Simpang Jalan Mononsidi Medan, tepatnya di samping kiri Kantor Imingrasi Sumut merupakan salah satu tempat sembayang Datuk yang paling ramai dikunjungi masyarakat setiap hari Kamis.

Datuk Keramat Darah Putih yang menjadi tempat ziarah tersebut diyakini merupakan kuburang dari Datuk Keramat Darah Putih dan istrinya. Karena, di sana terdapat dua buah kuburan dan didepannya terletak sebuah pendopo.

Asap tipis yang berasal dari dupa persembahan masyarakat sekitar tampak menyelimuti dua kuburan Datuk tersebut, yang ukurannya lebih besar dibandingkan ukuran kuburan biasa ketika SINDO berkunjung ke sana.

Kuburan sebelah kanan kabarnya merupakan kuburan sang Datuk dan sisi kiri merupakan kuburan sang istri. Hal tersebut terlihat dari kuburan sebelah kanan yang berdiri sekitar 60 cm ke atas, sedangkan kuburan sebelah kiri hanya berkisar 5 cm ke atas.

“Saya juga tidak tahu bagaimana bentuknya bisa begini. Tetapi, sejak ayah saya belum tinggal disini, memang sudah begini,” ujar A Hwa, warga yang tinggal di belakang datuk tersebut kepada SINDO, Kamis (19/6).

Dia mengatakan, dirinya juga tidak mengetahui bagaimana asal mula adanya kuburan tersebut. Namun, menurut kabar yang diperoleh dirinya, kuburan tersebut sudah berumur lebih dari 200 tahun.

Memang, banyak yang tidak mengetahui bagaimana asal mulanya kuburan tersebut. Informasi tentang kuburan Datuk Keramat Darah Putih sangat minim. Tetapi, mereka meyakini bahwa kuburan tersebut merupakan kuburan keramat yang sudah berumur ratusan tahun.

Kabarnya, setiap hari Kamis, orang-orang selalu datang untuk melakukan ziarah dan persembahan di kuburan Datuk tersebut. Setidaknya, terdapat sekitar 1.000 orang yang datang dari pagi hingga malam hari sekitar pukul 00.00 WIB.

“Paling sedikit ada 1.000 orang yang datang. Mulai dari kalangan etnis Tionghwa, orang Muslim hingga orang India yang berasal dari Medan, Binjai dan sekitarnya,” ujar Tukiran, Penjaga dan pembersih kuburan Datuk Keramat Darah Putih tersebut kepada SINDO.

Meskipun demikian, dia mengatakan bahwa setiap minggunya pengunjung yang datang khusus pada hari Kamis dan Jumat saja. Itu pun pada hari Jumat jumlahnya sangat sedikit. Di hari biasa, kuburan Datuk Keramat Darah Putih sama sekali tidak pernah didatangi masyarakat. Memang, menurut tradisi yang sudah berjaan turun temurun tersebut, waktu untuk berziarah dan melakukan permohonan adalah pada malam Jumat.

Masyarakat yang datang tersebut umumnya meminta agar Datuk tersebut membuka pintu rezeki kepada mereka, meminta agar selalu sehat hingga anggota keluarga yang sakit agar segera sembuh.

Percaya atau tidak, bagi sebagian orang, permintaan mereka terkabulkan. Setelah mereka meminta permohonan kepada Datuk, beberapa saat kemudian apa yang mereka minta menjadi kenyataan.

Oleh sebab itu, hingga saat ini banyak masyarakat yang setiap minggunya rajin berbondong-bondong ke kuburan Datuk Keramat Darah Putih untuk meminta permohonan. Mereka rela antri dalam waktu yang cukup lama hanya untuk mengucapkan permohonan tersebut.

Pasalnya, masyarakat yang hendak mengucapkan permohonan melakukannya di sebuah batu tonjolan di kuburan Datuk Keramat Darah Putih yang dianggap sebagai inti dari Datuk Keramat Darah Putih. Disanalah biasanya permohonan yang diminta akan dikabulkan.

Asien, salah seorang warga yang ditemui SINDO di sana mengakui hal tersebut. Dia mengatakan, setelah melakukan ziarah ke kuburan Datuk Keramat Darah Putih dan memohon agar anaknya yang sedang sakit sembuh, besoknya anaknya langsung sembuh.

“Dua bulan lalu anak saya sakit. Sakitnya sudah seminggu dan tak juga sembuh. Akhirnya pas hari Kamis, saya melakukan ziarah dan berharap agar Datuk Keramat Darah Putih dapat menyembuhkan penyakit anak saya. Terakhir, besoknya dia benar-benar sembuh,” ujarnya.

Dia mengatakan, ritual tersebut memang sudah dilakukan keluarganya turun temurun sejak dari kakeknya. Sembayang dapat dilakukan juga di belakang (lorong belakang) rumah. Tetapi, jika sempat, dirinya juga datang ke kuburan Datuk Keramat Darah Putih untuk melakukan ziarah. (richad yanato)

18 Juni 2008

Mengintip Dunia Malam Kawula Muda Thionghwa

MEDAN (SINDO) Dewasa ini, kalangan anak muda memiliki dunia tersendirinya. Tiga orang atau lebih membentuk komunitas tersendirinya untuk kumpul bareng dan ngobrol di waktu senggang, baik di kafe, mall ataupun warkop.

Medan merupakan salah satu kota yang memiliki cukup banyak tempat nongkrong di malam hari, misalnya saja di kawasan Rose Garden Jalan Asia Mega Mas Medan, Merdeka Walk Jalan Balai Kota Medan, Jalan Semarang Medan, Jalan Emas Medan serta sejumlah tempat lainnya.

Di malam hari, tempat-tempat tersebut terbuka lebar bagi para pecinta dunia malam untuk menghabiskan sebagian waktunya disana. Baik untuk sekedar refesing, makan malam ataupun menikmati hiburan seperti nyanyia yang disediakan di beberapa tempat.

Anto, misalnya yang ditemui SINDO di kawasan Rose Garden kemaren. Tempat dimana masyarakat Thionghwa dari berbagai kalangan dan usia sering berkumpul. Dia mengakui bahwa dirinya sering kumpul bersama teman-temannya di saat akhir pekan.

“Hari-hari biasa saya dan teman-teman sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jadi, hanya di akhir pekan saja kita bisa kumpul bareng,” ujar pria berusia 22 tahun ini didampingi enam orang temannya.

Dia mengatakan, acara kumpul bareng yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun belakangan ini dimaksudkan untuk menjaga hubungan persahabatan mereka. Sejak mereka tamat dari bangku sekolah dia mengataku setiap bulan setidaknya terdapat dua kali pertemuan seperti itu.

Pasalnya, biasanya jika masing-masing sudah sibuk dengan pekerjaannya pribadi dan tidak bisa meluangkan waktu untuk komunikasi sesama teman, maka bukan tidak mungkin hubungan pertemanan akan semakin renggang.

Hal serupa juga disampaikan Calvin. Mahasiswa salah satu universitas di Medan ini mengakui bahwa dirinya memang sering kumpul bareng bersama teman-temannya hanya untuk sekedar ngobol saja.

“Dulu ada satu sahabat saja di sekolah. Tetapi setelah tamat dari sekolah, kita sudah jalan masing-masing dan jarang berkomunikasi. Akibatnya, sekarang saya tidak tahu lagi keberadaannya dimana,” ceritanya kepada SINDO.

Dia mengatakan, setelah kehilangan sahabatnya tersebut, dia banyak mengambil hikmah. Dia mengetahui bahwa hubungan pertemanan harus tetap dibina, sesibuk apapun pribadi seseorang. Karena, jika tidak ada komunikasi lagi selama beberapa bulan, setelah jumpa kembali perasaannya akan lain dengan yang dulu.

Oleh sebab itu, dirinya kini sesibuk apapun selalu menyempatkan waktu untuk kumpul bersama teman-temannya di akhir pekan. Disamping itu, kumpul bareng tersebut juga sebagai sarana untuk refresing di akhir pekan karena sudah berinterksi selama satu pekan.

Lain halnya dengan Toni, esekutif muda yang dijumpai SINDO di kawasan Merdeka Walk Jalan Balai Kota, Medan yang duduk bersama istri dan anaknya. Dia mengakui dirinya memang sering nongkrong di kawasan jajanan malam di inti Kota Medan tersebut. Hanya saja kebanyakan untuk keperluan bisnisnya.

“Hari biasa saya disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Jadi, khusus untuk akhir pekan biasanya saya habiskan waktu bersama keluarga,” ujar ayah berusia 24 tahun tersebut.

Toni mengakui, di hari kerja dirinya memang sering mengajak rekan kerja untuk nongkrong bersama membicarakan bisnis. Pasalnya, dengan ngobrol bersama rekan kerja dirinya dapat mengakabkan diri dengan mereka. (richad yanato)

YA Master Hsing Yun Ingin Lihat Sendiri Indonesia Makmur

SINDO (MEDAN) Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki rakyat terbanyak di dunia ini. Disamping itu, Indonesia juga merupakan negara yang kaya dengan beragam suku dan bahasa. Oleh sebab itu, patutnya pemerintah Indoneisia menerapakan sistem keharmonisan antar suku.

Hal tersebut disampaikan Pendiri Fo Guang Shan YA Master Hsing Yun (83) setibanya di VIP Room Bandara Polonia, kemaren didampingi 10 orang rombongan lainnya dari China. Mereka disambut langsung oleh Ketua Walubi Sumut Indra Wahidin, Ketua BLIA Sumut Siswandi beserta sejumlah pengurus BLIA.

“Saya berharap, pemerintah Indonesia dapat menerapkan apa yang diterapkan pemerintah China, yaitu mengutamakan keharmonisan antar suku di negara tersebut. Pasalnya dengan keharmonisan antar suku tersebut, maka suatu negara akan harmonis dan makmur,” ujarnya.

Dia berharap, dengan diterapkannya keharmonisan tersebut, Negara Indonesia dapat maju dan berkembang mengejar China. Karena dia ingin melihat sendiri rakyat Indonesia Makmur seperti China.

Disamping itu, YA Master Hsing Yun juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah karena telah mendukung BLIA Sumut dalam menyebarkan agama Buddha.

Pada kesempatan tersebut juga, Indra Wahidin mengatakan pihaknya sangat menyambut baik kedatangan dari YA Master Hsing Yun. Karena, kedatangannya ditujukan untuk memberikan percerahan dan guna membagi sedikit ilmu kepada para masyarakat Sumut, khususnya umat Buddha.

Oleh sebab itu, dia berharap bagi masyarat yang ingin mengetahui lebih banyak tentang agama Buddha, dapat memanfaatkan kesempatan tersebut. Pasalnya, pada Selasa (2/6) YA Master Hsing Yun akan mengatakan diskusi Dharma di Grand Angkasa Medan. (richad yanato)

Trend Makanan Vegetarian Menjamur

MEDAN (SINDO) Makanan vegatarian (sayuran) kini tampaknya semakin diminati oleh masyarakat Medan. Makanan nabati yang sama sekali tidak tersentuh oleh usur masakan hewani tersebut kini semakin diburu oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari kawula muda hingga orang tua.

Hal tersebut dilihat dari semakin menjamurnya restoran-restoran vegeratian baru di Medan sejak beberapa tahun belakangan ini. Kini di sejumlah jalan besar maupun kecil seperti di Jalan Sumatera Medan, Jalan Wahidin, Jalan Asia serta Jalan Prof HM Yamin Medan dapat dijumpai restoran tersebut.

RM Vegeratian Nie Nie yang terletak di Jalan Prof HM Yamin Medan misalnya. RM tersebut tampak ramai dipadari pengunjung ketika SINDO berkunjung ke tempatnya, Sabtu (7/6).

Pemilik RM Vegetarian Nie Nie Yenny Siswanto mengakui bahwa rumah makan yang dikelolanya tersebut memang sejak dua tahun belakangan ini kerap diramaikan pengunjung. Setiap jam makan siang dan malam, rumah makan miliknya pasti dipenuhi pengunjung.

“Setiap tanggal satu dan lima belas kalender lunar, banyak pengujung yang terpaksa membeli pulang karena tidak ada tempat duduk,” ujarnya kepada SINDO.

Dia mengatakan, dua tahun belakangan ini memang minat masyarakat terhadap makanan vegetarian meningkat tajam. Rumah makan dia yang biasanya hanya ramai para tanggal 1 (che it) dan 15 (cap go) kalender lunar, kini setiap hari dipenuhi pembeli.

Menurutnya, hal tersebut mungkin dikarenakan masakan vegetarian lebih sehat dibandingkan dengan masakan yang mengandung unsur hewani. Pasalnya, masakan vegetarian tidak mengandung lemak dapat menyebabkan penyakit kolestrol dan lainnya.

“Disamping itu juga, semua tipe yang pengunjung inginkan dari masakan hewani dapat diperoleh juga di masakan vegetarian. Hanya saja memang bahan dasar pembuatnya sayuran dan tepung,” ujarnya.

Hal tersebut memang benar. Masakan yang dijual di RM Vegetarian Nie Nie terdiri dari nasi padang, ayam goreng, udang, ikan, sate serta beragam masakan menyerupai masakan hewani. Hanya saja, semuanya bahan dasaranya merupakan tepung terigu dan sayur-sayuran yang disulap bentuknya menjadi masakan tersebut.

Yenny menjelaskan, bahan utama dari masakan-masakan vegetarian tersebut adalah tepung terigu, sayur-sayuran serta jamur yang kemudian ditambah dengan sedikit bumbu vegetarian untuk menambah rasanya.

Jimmy, salah seorang pengunjung kepada SINDO mengatakan bahwa dirinya sejak satu tahun lalu memang sudah makan masakan vegetarian selama hari. Dulunya dirinya memang belajar dari dua hari dalam satu bulan ditambah dengan hari-hari besar agama Buddha lainnya.

“Dari belajar makan selama setengah tahun, tak tahu mengapa otomatis saya menjadi makan vegetarian setiap hari,” ujarnya.

Dia mengatakan, tujuannya makan vegetarian selain karena ajaran Buddha yang dianjurkan untuk melindungi dan tidak membunuh hewan dengan cara makan masakab vegetarian, masakan vegeratian juga dapat membuat penyakit kolestrol yang dialaminya kini hilang.

Hal senada juga dikatakan oleh Asnak. Dia mengakui sejak menjadi seorang vegetarian dua setengah tahun lalu, dirinya merasa lebih sehat dan emosinya dapat lebih dikontrol.

“Disamping itu, kulit saya juga terasa lebih halus dan bersih dengan hal tersebut,” ujarnya.

Dia mengakui, awalnya memang dirinya tidak mempercayai hal tersebut yang disampaikan teman-temannya. Tetapi setelah mencobanya sendiri, dia merasakan perubahan pada dirinya.

Mengenai harga, rata-rata para rumah makan menjual nasi sayur dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 8.000. Sedangkan untuk sate, daging dan lainnya berfariasi antara Rp 2.000 hingga Rp 6.000 per potongnya. (richad yanato)