22 Juni 2008

Melatih dan Menenangkan Batin Melalui Meditasi

MEDAN (SINDO) Bagi sebagian orang, meditasi merupakan sarana untuk meredakan stress, menjaga kesehatan, mencari harmonisasi dalam kehidupan hingga mencari kekuatan atau kesaktian. Namun bagi umat Buddha, mempelajari atau mealatih meditasi merupakan salah satu pelaksanaan Ajaran Sang Buddha yang penting.


Dalam lingkungan masyarakat Buddhis, dikenal cukup banyak metode meditasi, misalnya meditasi visual, meditasi mandala, meditasi dengna suara, meditasi kontemplasi, meditasi transcendental hingga meditasi vipassana.


“Orang terkadang bingung dengan banyaknya teknik meditasi. Namun, sebenarnya mereka tidak perlu bingung. Pasalnya, semua teknik meditasi memiliki manfaat yang berbeda,” ujar Pembina Vihara Sukong Jinamarga Thien Shang kepada SINDO, Minggu (22/6).


Oleh sebab itu, dia mengatakan orang sebaiknya menentukan terlebih dahulu tujaun dirinya bermeditasi. Dengan mempunyai dasar tujuan yang jelas, maka teknik meditasi dapat dipilih sendiri.

Dijelaskannya, jika seseorang ingin terbebas total dan penerangan batin sepenuhnya, dapat menggunakan meditasi Vipassana. Pasalnya, meditasi ini merupakan proses pemurnian diri melalui pengamatan diri sendiri.


“Meditasi Vipassana dapat dimulai dengan mengamati pernafasan alamiah untuk memusatkan pikirannya. Meditasi ini mengarah pada sasaran religius tertinggi yaitu pembebasan total dan penerangan batin sepenuhnya,” ujarnya.


Dilanjutkannya, meditasi ini bukan dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit jasmani, tetapi pemurnian batin, memperoleh kedamaian serta penyembuhan psikosomatik. Melalui praktek yang terus-menerus, meditasi vipassana dapat mengurangi ketegangan-ketegangan yang menumpuk dalam kehidupan sehari-hari.


Mengenai prinsip meditasi ini, dia mengatakan bahwa prinsip utamanya adalah mengamati segala proses mental atau fisik yang paling banyak dilakukan saat itu. Individu hanya mengamati, tidak mengubah, membasmi atau menghancurkan apapun.


Thien Shang mengatakan, tiga pantangan dalam meditasi ini adalah tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat mengganggu kedamaian dan keharmonisan orang atau makhluk lain, baik secara jasmani maupun ucapan.


Disamping itu, peserta juga harus mencapai beberapa penguasaan atau pengendalian terhadap pikiran yang mengganggu dengan cara melatih pikiran pada satu obyek, dimana dalam hal ini adalah nafas. Serta yang terakhir adalah pemurnian pikiran dari kekotoran-kekotoran dengan mengembangkan pandangan terang.


Untuk tekniknya, dia menjelaskan bahwa meditasi yang disebut meditasi kedasaran ini menggunakan 4 sikap tubuh yang berbeda saat mempraktekkannya, yaitu dengan berjalan, berdiri, duduk dan berbaring. Dimana peserta harus sepenuhnya membangun kesadaran setiap saat dalam kondisi apapun.


“Sikap utama tubuh dalam meditasi kesadaran adalah duduk bersila dengan punggung tegak. Tapi umumnya sebagian orang sulit duduk berjam-jam tanpa merubah posisi,” ujarnya.


Oleh sebab itu, dia berharap bahwa orang-orang yang hendak melakukan praktek meditasi dapat terus berlatih dan berlatih. Pasalnya, keberhasilan meditasi tidak akan dapat tercapai hanya dengan sekali saja.


Asnah, salah satu umat Buddha yang juga melakukan praktek meditasi mengatakan bahwa sejak dua tahun belakangan ini dirinya selalu melakukan meditasi. Meditasi tersebut dilakukan setiap pagi hari selama lebih kurang setengah jam.


“Rata-rata setiap pagi saya melakukannya. Sudah hampir dua tahun belakangan ini saya memperaktekkan meditasi,” ujarnya kepada SINDO.


Dia mengakui, dengan dilakukannya praktek meditasi ini, pikirannya merasa lebih tenang. Pasalnya, setelah meditasi, segala beban pikiran dan masalah akan terasa lebih mudah untuk diselesaikan. (richad yanato)

Tidak ada komentar: