19 Juni 2008

Ritual Sembayang Datuk Keramat Darah Putih


MEDAN (SINDO) Bagi sebagian besar masyarakat, khususnya kalangan etnis Thionghwa, berziarah atau sembayang memohon permintaan para Datuk masih merupakan salah satu kepercayaan. Tradisi yang kabarnya berasal sejak ratusan tahun lalu tersebut hingga saat ini masih tetap dipercayai.

Sembayang Datuk biasanya dilakukan para hari Kamis (Malam Jumat) atau Jumat Pagi. Ziarah tersebut umumnya dilakukan di belakang rumah ataupun di tempat tertentu yang memiliki “Rumah” Datuk.

Pasalnya, di rumah sebagian orang, biasanya terdapat rumah kecil yang dianggap sebagai tempat tinggal Datuk. Jadi, di malam Kamis, mereka selalu melakukan ritual ziarah di sana.

Dalam ziarahnya, biasanya mereka mempersembakan sesajen berupa sejumlah jenis bunga yang dibungkus dengan daun pisang serta satu tandan pisang. Bunga yang dibungkus tersebut kemudian dibuka diletakkan di dalam “Rumah Datuk”. Setelah itu, barulah orang tersebut membakar dupa (hio) untuk sembayang Datuk sambil meminta permohonan.

Datuk Keramat Darah Putih yang terletak di Jalan Palang Merah Simpang Jalan Mononsidi Medan, tepatnya di samping kiri Kantor Imingrasi Sumut merupakan salah satu tempat sembayang Datuk yang paling ramai dikunjungi masyarakat setiap hari Kamis.

Datuk Keramat Darah Putih yang menjadi tempat ziarah tersebut diyakini merupakan kuburang dari Datuk Keramat Darah Putih dan istrinya. Karena, di sana terdapat dua buah kuburan dan didepannya terletak sebuah pendopo.

Asap tipis yang berasal dari dupa persembahan masyarakat sekitar tampak menyelimuti dua kuburan Datuk tersebut, yang ukurannya lebih besar dibandingkan ukuran kuburan biasa ketika SINDO berkunjung ke sana.

Kuburan sebelah kanan kabarnya merupakan kuburan sang Datuk dan sisi kiri merupakan kuburan sang istri. Hal tersebut terlihat dari kuburan sebelah kanan yang berdiri sekitar 60 cm ke atas, sedangkan kuburan sebelah kiri hanya berkisar 5 cm ke atas.

“Saya juga tidak tahu bagaimana bentuknya bisa begini. Tetapi, sejak ayah saya belum tinggal disini, memang sudah begini,” ujar A Hwa, warga yang tinggal di belakang datuk tersebut kepada SINDO, Kamis (19/6).

Dia mengatakan, dirinya juga tidak mengetahui bagaimana asal mula adanya kuburan tersebut. Namun, menurut kabar yang diperoleh dirinya, kuburan tersebut sudah berumur lebih dari 200 tahun.

Memang, banyak yang tidak mengetahui bagaimana asal mulanya kuburan tersebut. Informasi tentang kuburan Datuk Keramat Darah Putih sangat minim. Tetapi, mereka meyakini bahwa kuburan tersebut merupakan kuburan keramat yang sudah berumur ratusan tahun.

Kabarnya, setiap hari Kamis, orang-orang selalu datang untuk melakukan ziarah dan persembahan di kuburan Datuk tersebut. Setidaknya, terdapat sekitar 1.000 orang yang datang dari pagi hingga malam hari sekitar pukul 00.00 WIB.

“Paling sedikit ada 1.000 orang yang datang. Mulai dari kalangan etnis Tionghwa, orang Muslim hingga orang India yang berasal dari Medan, Binjai dan sekitarnya,” ujar Tukiran, Penjaga dan pembersih kuburan Datuk Keramat Darah Putih tersebut kepada SINDO.

Meskipun demikian, dia mengatakan bahwa setiap minggunya pengunjung yang datang khusus pada hari Kamis dan Jumat saja. Itu pun pada hari Jumat jumlahnya sangat sedikit. Di hari biasa, kuburan Datuk Keramat Darah Putih sama sekali tidak pernah didatangi masyarakat. Memang, menurut tradisi yang sudah berjaan turun temurun tersebut, waktu untuk berziarah dan melakukan permohonan adalah pada malam Jumat.

Masyarakat yang datang tersebut umumnya meminta agar Datuk tersebut membuka pintu rezeki kepada mereka, meminta agar selalu sehat hingga anggota keluarga yang sakit agar segera sembuh.

Percaya atau tidak, bagi sebagian orang, permintaan mereka terkabulkan. Setelah mereka meminta permohonan kepada Datuk, beberapa saat kemudian apa yang mereka minta menjadi kenyataan.

Oleh sebab itu, hingga saat ini banyak masyarakat yang setiap minggunya rajin berbondong-bondong ke kuburan Datuk Keramat Darah Putih untuk meminta permohonan. Mereka rela antri dalam waktu yang cukup lama hanya untuk mengucapkan permohonan tersebut.

Pasalnya, masyarakat yang hendak mengucapkan permohonan melakukannya di sebuah batu tonjolan di kuburan Datuk Keramat Darah Putih yang dianggap sebagai inti dari Datuk Keramat Darah Putih. Disanalah biasanya permohonan yang diminta akan dikabulkan.

Asien, salah seorang warga yang ditemui SINDO di sana mengakui hal tersebut. Dia mengatakan, setelah melakukan ziarah ke kuburan Datuk Keramat Darah Putih dan memohon agar anaknya yang sedang sakit sembuh, besoknya anaknya langsung sembuh.

“Dua bulan lalu anak saya sakit. Sakitnya sudah seminggu dan tak juga sembuh. Akhirnya pas hari Kamis, saya melakukan ziarah dan berharap agar Datuk Keramat Darah Putih dapat menyembuhkan penyakit anak saya. Terakhir, besoknya dia benar-benar sembuh,” ujarnya.

Dia mengatakan, ritual tersebut memang sudah dilakukan keluarganya turun temurun sejak dari kakeknya. Sembayang dapat dilakukan juga di belakang (lorong belakang) rumah. Tetapi, jika sempat, dirinya juga datang ke kuburan Datuk Keramat Darah Putih untuk melakukan ziarah. (richad yanato)

18 Juni 2008

Mengintip Dunia Malam Kawula Muda Thionghwa

MEDAN (SINDO) Dewasa ini, kalangan anak muda memiliki dunia tersendirinya. Tiga orang atau lebih membentuk komunitas tersendirinya untuk kumpul bareng dan ngobrol di waktu senggang, baik di kafe, mall ataupun warkop.

Medan merupakan salah satu kota yang memiliki cukup banyak tempat nongkrong di malam hari, misalnya saja di kawasan Rose Garden Jalan Asia Mega Mas Medan, Merdeka Walk Jalan Balai Kota Medan, Jalan Semarang Medan, Jalan Emas Medan serta sejumlah tempat lainnya.

Di malam hari, tempat-tempat tersebut terbuka lebar bagi para pecinta dunia malam untuk menghabiskan sebagian waktunya disana. Baik untuk sekedar refesing, makan malam ataupun menikmati hiburan seperti nyanyia yang disediakan di beberapa tempat.

Anto, misalnya yang ditemui SINDO di kawasan Rose Garden kemaren. Tempat dimana masyarakat Thionghwa dari berbagai kalangan dan usia sering berkumpul. Dia mengakui bahwa dirinya sering kumpul bersama teman-temannya di saat akhir pekan.

“Hari-hari biasa saya dan teman-teman sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jadi, hanya di akhir pekan saja kita bisa kumpul bareng,” ujar pria berusia 22 tahun ini didampingi enam orang temannya.

Dia mengatakan, acara kumpul bareng yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun belakangan ini dimaksudkan untuk menjaga hubungan persahabatan mereka. Sejak mereka tamat dari bangku sekolah dia mengataku setiap bulan setidaknya terdapat dua kali pertemuan seperti itu.

Pasalnya, biasanya jika masing-masing sudah sibuk dengan pekerjaannya pribadi dan tidak bisa meluangkan waktu untuk komunikasi sesama teman, maka bukan tidak mungkin hubungan pertemanan akan semakin renggang.

Hal serupa juga disampaikan Calvin. Mahasiswa salah satu universitas di Medan ini mengakui bahwa dirinya memang sering kumpul bareng bersama teman-temannya hanya untuk sekedar ngobol saja.

“Dulu ada satu sahabat saja di sekolah. Tetapi setelah tamat dari sekolah, kita sudah jalan masing-masing dan jarang berkomunikasi. Akibatnya, sekarang saya tidak tahu lagi keberadaannya dimana,” ceritanya kepada SINDO.

Dia mengatakan, setelah kehilangan sahabatnya tersebut, dia banyak mengambil hikmah. Dia mengetahui bahwa hubungan pertemanan harus tetap dibina, sesibuk apapun pribadi seseorang. Karena, jika tidak ada komunikasi lagi selama beberapa bulan, setelah jumpa kembali perasaannya akan lain dengan yang dulu.

Oleh sebab itu, dirinya kini sesibuk apapun selalu menyempatkan waktu untuk kumpul bersama teman-temannya di akhir pekan. Disamping itu, kumpul bareng tersebut juga sebagai sarana untuk refresing di akhir pekan karena sudah berinterksi selama satu pekan.

Lain halnya dengan Toni, esekutif muda yang dijumpai SINDO di kawasan Merdeka Walk Jalan Balai Kota, Medan yang duduk bersama istri dan anaknya. Dia mengakui dirinya memang sering nongkrong di kawasan jajanan malam di inti Kota Medan tersebut. Hanya saja kebanyakan untuk keperluan bisnisnya.

“Hari biasa saya disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Jadi, khusus untuk akhir pekan biasanya saya habiskan waktu bersama keluarga,” ujar ayah berusia 24 tahun tersebut.

Toni mengakui, di hari kerja dirinya memang sering mengajak rekan kerja untuk nongkrong bersama membicarakan bisnis. Pasalnya, dengan ngobrol bersama rekan kerja dirinya dapat mengakabkan diri dengan mereka. (richad yanato)

YA Master Hsing Yun Ingin Lihat Sendiri Indonesia Makmur

SINDO (MEDAN) Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki rakyat terbanyak di dunia ini. Disamping itu, Indonesia juga merupakan negara yang kaya dengan beragam suku dan bahasa. Oleh sebab itu, patutnya pemerintah Indoneisia menerapakan sistem keharmonisan antar suku.

Hal tersebut disampaikan Pendiri Fo Guang Shan YA Master Hsing Yun (83) setibanya di VIP Room Bandara Polonia, kemaren didampingi 10 orang rombongan lainnya dari China. Mereka disambut langsung oleh Ketua Walubi Sumut Indra Wahidin, Ketua BLIA Sumut Siswandi beserta sejumlah pengurus BLIA.

“Saya berharap, pemerintah Indonesia dapat menerapkan apa yang diterapkan pemerintah China, yaitu mengutamakan keharmonisan antar suku di negara tersebut. Pasalnya dengan keharmonisan antar suku tersebut, maka suatu negara akan harmonis dan makmur,” ujarnya.

Dia berharap, dengan diterapkannya keharmonisan tersebut, Negara Indonesia dapat maju dan berkembang mengejar China. Karena dia ingin melihat sendiri rakyat Indonesia Makmur seperti China.

Disamping itu, YA Master Hsing Yun juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah karena telah mendukung BLIA Sumut dalam menyebarkan agama Buddha.

Pada kesempatan tersebut juga, Indra Wahidin mengatakan pihaknya sangat menyambut baik kedatangan dari YA Master Hsing Yun. Karena, kedatangannya ditujukan untuk memberikan percerahan dan guna membagi sedikit ilmu kepada para masyarakat Sumut, khususnya umat Buddha.

Oleh sebab itu, dia berharap bagi masyarat yang ingin mengetahui lebih banyak tentang agama Buddha, dapat memanfaatkan kesempatan tersebut. Pasalnya, pada Selasa (2/6) YA Master Hsing Yun akan mengatakan diskusi Dharma di Grand Angkasa Medan. (richad yanato)

Trend Makanan Vegetarian Menjamur

MEDAN (SINDO) Makanan vegatarian (sayuran) kini tampaknya semakin diminati oleh masyarakat Medan. Makanan nabati yang sama sekali tidak tersentuh oleh usur masakan hewani tersebut kini semakin diburu oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari kawula muda hingga orang tua.

Hal tersebut dilihat dari semakin menjamurnya restoran-restoran vegeratian baru di Medan sejak beberapa tahun belakangan ini. Kini di sejumlah jalan besar maupun kecil seperti di Jalan Sumatera Medan, Jalan Wahidin, Jalan Asia serta Jalan Prof HM Yamin Medan dapat dijumpai restoran tersebut.

RM Vegeratian Nie Nie yang terletak di Jalan Prof HM Yamin Medan misalnya. RM tersebut tampak ramai dipadari pengunjung ketika SINDO berkunjung ke tempatnya, Sabtu (7/6).

Pemilik RM Vegetarian Nie Nie Yenny Siswanto mengakui bahwa rumah makan yang dikelolanya tersebut memang sejak dua tahun belakangan ini kerap diramaikan pengunjung. Setiap jam makan siang dan malam, rumah makan miliknya pasti dipenuhi pengunjung.

“Setiap tanggal satu dan lima belas kalender lunar, banyak pengujung yang terpaksa membeli pulang karena tidak ada tempat duduk,” ujarnya kepada SINDO.

Dia mengatakan, dua tahun belakangan ini memang minat masyarakat terhadap makanan vegetarian meningkat tajam. Rumah makan dia yang biasanya hanya ramai para tanggal 1 (che it) dan 15 (cap go) kalender lunar, kini setiap hari dipenuhi pembeli.

Menurutnya, hal tersebut mungkin dikarenakan masakan vegetarian lebih sehat dibandingkan dengan masakan yang mengandung unsur hewani. Pasalnya, masakan vegetarian tidak mengandung lemak dapat menyebabkan penyakit kolestrol dan lainnya.

“Disamping itu juga, semua tipe yang pengunjung inginkan dari masakan hewani dapat diperoleh juga di masakan vegetarian. Hanya saja memang bahan dasar pembuatnya sayuran dan tepung,” ujarnya.

Hal tersebut memang benar. Masakan yang dijual di RM Vegetarian Nie Nie terdiri dari nasi padang, ayam goreng, udang, ikan, sate serta beragam masakan menyerupai masakan hewani. Hanya saja, semuanya bahan dasaranya merupakan tepung terigu dan sayur-sayuran yang disulap bentuknya menjadi masakan tersebut.

Yenny menjelaskan, bahan utama dari masakan-masakan vegetarian tersebut adalah tepung terigu, sayur-sayuran serta jamur yang kemudian ditambah dengan sedikit bumbu vegetarian untuk menambah rasanya.

Jimmy, salah seorang pengunjung kepada SINDO mengatakan bahwa dirinya sejak satu tahun lalu memang sudah makan masakan vegetarian selama hari. Dulunya dirinya memang belajar dari dua hari dalam satu bulan ditambah dengan hari-hari besar agama Buddha lainnya.

“Dari belajar makan selama setengah tahun, tak tahu mengapa otomatis saya menjadi makan vegetarian setiap hari,” ujarnya.

Dia mengatakan, tujuannya makan vegetarian selain karena ajaran Buddha yang dianjurkan untuk melindungi dan tidak membunuh hewan dengan cara makan masakab vegetarian, masakan vegeratian juga dapat membuat penyakit kolestrol yang dialaminya kini hilang.

Hal senada juga dikatakan oleh Asnak. Dia mengakui sejak menjadi seorang vegetarian dua setengah tahun lalu, dirinya merasa lebih sehat dan emosinya dapat lebih dikontrol.

“Disamping itu, kulit saya juga terasa lebih halus dan bersih dengan hal tersebut,” ujarnya.

Dia mengakui, awalnya memang dirinya tidak mempercayai hal tersebut yang disampaikan teman-temannya. Tetapi setelah mencobanya sendiri, dia merasakan perubahan pada dirinya.

Mengenai harga, rata-rata para rumah makan menjual nasi sayur dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 8.000. Sedangkan untuk sate, daging dan lainnya berfariasi antara Rp 2.000 hingga Rp 6.000 per potongnya. (richad yanato)