MEDAN (SINDO) Suasana luar tampak sepi ketika SINDO mengunjugi Wihara Vimala Marga yang terletak di Jalan Lahat No 41, Medan, Jumat (27/6). Nuansa Tiongkok yang sangat kental terlihat dari wihara ini.Samping kiri dan kanan pintu masuk Wihara Vimala Marga terukir gambar dua ekor naga di lengkapi aksara Mandarin di bagian atas pintu. Di atap wihara yang di topang oleh dua pilar naga di pasang patung naga terbang di sepanjang atap tersebut.
Ketika SINDO memasuki ruangan altar utama Wihara Vimala Marga, tampak seorang pria sedang melipat Ong Seng Ji, Kim Cua dan Gin Cua di sisi kanan altar. Kertas yang nantinya akan dibakar untuk para leluhur karena dipercaya sebagai uang kertas.
Di depan altar, pria yang lain juga tampak menyusun dupa serta membersihkan altar, tempat berdiri tegak patung sejumlah Dewa, diantaranya Patung Buddha Sidharta Gautama, Bodhisatwa Amithofo, Patung Dewi Kwan Im (Buddha Avalokiteswara) dan sejumlah patung lainnya.
Pendirian wihara ini awalnya mulanya digagas oleh Bhiksu Teh Tak Cin pada tahun 1935. Luas wihara yang termasuk salah satu wihara tertua di Medan ini juga awalnya hanya 345 meter persegi saja.
“Hingga kini, Wihara ini sudah beberapa kali direnovasi. Sekarang juga kami sedang memperbaharuinya,” ujar A Kien, 65, salah seorang pengurus Wihara Vimala Marga kepada SINDO, Jumat (27/6).
Dia menceritakan, renovasi pertama pada tahun 1940-an tersebut yaitu memperluas ukuran Wihara menjadi 966 meter persegi. Renovasi tersebut di buat karena jumlah umat yang semakin banyak sehingga tidak lagi dapat ditampung.
Pada tahun 1951, karena jumlah umat semakin membludak, maka pihaknya kembali memperluas Wihara Vimala Marga. Namun, perluasan kali ini dilakukan dengan mendirikan sebuah Wihara baru yang masih satu jalan dan jaraknya hanya sekitar 20 meter dari Wihara utama.
A Kien mengatakan bahwa, renovasi-renovasi tersebut sama sekali tidak merubah bagian depan dari Wihara. Pasalnya, pihaknya tetap ingin menjaga keaslian wihara yang sudah berumur lebih dari tujuh puluh tahun tersebut.
Namun, dia mengatakan bahwa jumlah umat yang hadir kini sudah mulai sepi. Hal tersebut mungkin karena jumlah Wihara di Medan ini yang semakin lama semakin banyak.
Meskipun demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya tetap saja terus melakukan renovasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga agar para umat tetap merasa nyaman saat beribadah di Wihara Vimala Marga.
Wihara Vimala Marga yang kedua, lanjutnya, kini sedang dibongkar dan dibangun kembali. Pasalnya, Wihara tersebut sudah bocor dan bangunannya juga sudah tampak tua dan layak direnovasi.
Mengenai jadwal kebaktian dan sekolah minggu di Wihara tersebut, A Kien mengatakan bahwa setiap Jumat Malam pihaknya menggelar kebaktian untuk orang tua dan setiap minggu pagi untuk anak-anak.
“Tetapi, sekarang mereka (anak-anak) tidak tahu lari kemana. Di saat liburan mereka tak tahu hilang kemana,” ujarnya.
Dia mengatakan, kini anak-anak datang ke wihara untuk mengikuti kebaktian merasa terpaksa karena kewajiban dari sekoalah. Seperti sekarang sedang liburan, sudah hampir sebulan mereka tidak pernah nampak.
Hendra, salah seorang warga yang sedang sembayang di sana juga mengatakui hal tersebut. Dia mengakui bahwa jika tidak di paksa, maka kedua anaknya tidak mau untuk bangun pagi dan pergi kebaktian di Wihara.
“Susah sekali memaksa mereka datang kebaktian. Tetapi, untungnya perlahan dijelaskan, mereka akhirnya mau juga ke Wihara,” ujarnya kepada SINDO.
Dia mengatakan, sebenarnya kebaktian minggu di Wihara merupakan hal yang baik. Oleh sebab itu, dia berharap agar para orang tua dapat menyarankan anaknya untuk ke Wihara setiap minggu. (richad yanato)